Dengan membaca artikel ini, kamu akan mengerti dan memahami apa itu ISO, Aperture dan Shutter Speed atau biasa disebut juga sebagai segitiga eksposur.
Dunia fotografi semakin memasyarakat dewasa ini, tak mesti menggunakan DSLR, dengan smartphone pun kamu bisa menghasilkan foto yang bagus. Hal ini tentunya didukung dengan semakin baiknya kualitas kamera, software serta teknologi yang ditanamkan. Bahkan tak jarang smartphone low-end yang sudah dibekali dengan pengaturan kamera secara manual.
Kondisi ini membuat pengguna smartphone harus paham dengan yang namanya Aperture, ISO dan Shutter Speed agar bisa memaksimalkan fungsi dari kamera yang dimilikinya.
Oleh karena itu, pada artikel kali ini saya akan membahas tentang pengertian Aperture, ISO dan Shutter Speed dalam dunia fotografi.
Memahami ISO, Aperture dan Shutter Speed
ISO, Aperture dan Shutter Speed biasa juga disebut dengan The Exposure Triangle atau dalam bahasa kita diartikan sebagai segitiga eksposur.

1. Apa itu Shutter Speed?
Shutter speed merupakan ukuran kecepatan buka tutup jendela sensor atau selama apa sensor menerima cahaya.
Kecepatan shutter diukur dalam satuan second (detik), semakin cepat shutter speed semakin cepat pula sensor menerima cahaya, dan sebaliknya.
Contoh :
Shutter speed 1/25s lebih lambat 5 kali dibanding 1/125s.
Pada DSLR, kecepatan shutter dilakukan secara mekanis dengan membuka tutup cermin dan jendela shutter yang terdapat di depan sensor, sementara mirrorless, kecepatan shutter dilakukan secara elektrik hingga bisa menghasilkan kecepatan shutter yang sangat tinggi, misalnya 1/8.000s hingga 1/16.000s.
Pengaruh Cepat Lambatnya Shutter Speed terhadap Gambar yang Dihasilkan
Kecepatan shutter akan berpengaruh pada gambar yang dihasilkan.
Gambar di bawah ini menggunakan shutter speed yang lambat (long exposure) sekitar 6 detik sehingga membuat gerakan air menjadi lembut.

Sementara foto berikut menggunakan shutter speed yang sangat cepat sehingga membuat air dan buah membeku.

Semakin lama shutter speed, semakin terang foto yang diperoleh karena intensitas cahaya yang masuk ke sensor semakin banyak.
2. Apa itu Aperture?
Aperture atau bukaan lensa adalah ukuran seberapa besar atau kecil terbuka-nya iris/diafragma lensa yang diukur dengan f-number (wikipedia).
Yang menarik, semakin kecil angka f-stop yang tertera, semakin besar pula bukaannya, jadi jangan sampai salah persepsi ya.. !
Semakin besar bukaan lensa (f-number semakin kecil), semakin banyak pula cahaya yang masuk. Alasannya sederhana, ibarat jendela, semakin lebar jendela dibuka maka semakin berlimpah cahaya yang masuk.
Contoh :
Aperture f/1.4 memiliki bukaan lensa yang lebih besar dibandingkan f/1.8;
Pengaruh Aperture terhadap Gambar yang Dihasilkan
Besar kecilnya bukaan lensa akan berpengaruh pada hasil gambar yang didapatkan.
Semakin besar bukaan lensa (f-number semakin kecil) akan mempengaruhi 2 hal berikut :
- Foto yang dihasilkan akan semakin terang karena jumlah cahaya yang masuk semakin banyak;
- Depth of field / ruang tajam semakin sempit sehingga background foto yang dihasilkan lebih bokeh / blur, dan sebaliknya.
Lihat gambar berikut..

Untuk mendapatkan foto yang lebih bokeh, biasanya digunakan untuk pemotretan manusia / potraiture, gunakan aperture terbesar (f-number terkecil) yang dimiliki oleh lensa, contoh : f/1.2.
Untuk mendapatkan ruang tajam yang luas, biasanya pemotretan landscape, gunakan bukaan terkecil lensa (f-number terbesar), contoh : f/22.
Pengaruh Aperture terhadap Shutter Speed
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, semakin besar bukaan lensa maka intensitas cahaya yang masuk akan semakin banyak.
Hal ini tentu berakibat pada Shutter Speed..
.. karena jumlah cahaya yang masuk semakin banyak, maka shutter speed yang kamu dapatkan akan semakin cepat.
Lihat gambar..

.. di f/1.4, shutter speed yang diperoleh 1/1000s, sedangkan di f/8.0 shutter speed yang diperoleh 1/30s.
3. Apa Itu ISO?
Secara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO maka semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaturan ISO, coba bayangkan sekumpulan semut pekerja.
- Sebuah ISO adalah sebuah semut pekerja, jika kamera diatur ke ISO 100, artinya kamu memiliki 100 semut pekerja; dan
- Jika kamera diatur ke ISO 200, artinya kamu memiliki 200 semut pekerja.
Tugas setiap semut pekerja adalah memungut cahaya yang masuk melalui lensa dan bertugas membuat gambar.
Jika menggunakan 2 buah lensa yang masing-masing diatur pada aperture f/1.4, dengan pengaturan ISO kamera pertama menggunakan ISO 200 sementara kamera kedua ISO 100, maka kamera siapakah yang paling cepat menghasilkan gambar?
Jelas kamera pertama yang menggunakan ISO 200 kan?
Secara garis besar :
- Dengan pengaturan aperture yang tetap, menaikkan ISO dari ISO 100 ke ISO 200 akan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah gambar hingga 2 kali lebih cepat dari Shutter Speed 1/125 ke 1/250 detik;
- Menaikkan ISO, membuatmu bisa bekerja dengan kondisi cahaya yang minim;
- Saat menaikkan ISO ke 400, akan memangkas waktu pembuatan gambar hingga separuhnya lagi yaitu 1/500 detik;
- Setiap kali mempersingkat waktu exposure sebanyak separuh, artinya kamu menaikkan eksposur sebesar 1 Stop.
Kamu bisa mencoba pengertian ini dalam kasus Aperture.
Cobalah atur Shutter Speed selalu konstan pada 1/125 s (atau melalui mode Shutter Priority – S atau Tv) dan ubah-ubahlah pengaturan ISO dalam kelipatan 2, misal dari 100 ke 200 ke 400 dan seterusnya, lihatlah perubahan besaran aperture kamu.
Mengapa Perlu Menaikkan ISO?
ISO perlu dinaikkan pada kondisi berikut :
- Kondisi minim cahaya;
- Sudah menggunakan Aperture dengan bukaan terbesar;
- Sudah mengatur Shutter Speed pada kecepatan paling “wajar”.
.. tapi tidak juga bisa menghasilkan eksposur yang normal. Maka langkah terakhir yang harus dilakukan adalah menaikkan ISO.

ISO juga harus dinaikkan demi alasan seni, misalnya ingin mendapatkan foto dramatis dengan noise.
Adakah Pengaruh Menaikkan Nilai ISO?
Menaikkan ISO sering dilakukan fotografer saat memotret dalam kondisi kurang cahaya, tujuannya agar tetap mendapatkan Shutter Speed yang “wajar” sehingga bisa meminimalisir hasil foto yang shake (goyang) atau blur.
Namun ada efek samping saat ISO dinaikkan, kualitas gambar menjadi berkurang dan muncul noise atau bintik pada foto.
Berikut perbandingan noise dengan ISO tertentu pada Canon Powershot S90 :

Dengan terus berkembangnya teknologi, kamera-kamera high-end saat ini sudah menawarkan peningkatan dalam me-render gambar dengan menggunakan ISO tinggi agar hasil yang didapatkan tetap terlihat baik.
Selain itu, kemampuan rendering software untuk menghilangkan noise pun semakin meningkat. Contohnya kamu bisa menggunakan Adobe Photoshop untuk mengurangi noise.
Meski demikian, sangat-sangat disarankan untuk selalu menggunakan ISO serendah mungkin kecuali kamu memang ingin mendapatkan foto noise dengan alasan kreatifitas seni.
Mendapatkan Eksposur secara Kreatif dan Benar
Exposure dalam dunia fotografi adalah banyaknya cahaya yang jatuh ke medium (film atau sensor gambar) dalam proses pengambilan foto.
Untuk mendapatkan exposur yang benar (correct exposure), dibutuhkan pengaturan ISO, Aperture serta Shutter Speed yang tepat sesuai kebutuhan. Kombinasi ISO, Aperture dan Shutter Speed ini biasa disebut sebagai segitiga exposur (The Triangle Exposure).
Kombinasi ketiganya digunakan untuk menghasilkan gambar yang kreatif dengan eksposur yang benar.
Kamera dapat melakukan ini dengan perhitungan yang akurat secara otomatis, kamu tinggal atur saja ke pengaturan Auto. Tapi tak cukup hanya correct exposure, kamu harus bisa membuat creative exposure atau eksposure kreatif. Di sinilah kreativitasmu berperan..
Untuk mendapatkan creative exposure, kamu harus paham dulu apa itu ISO, Aperture serta Shutter Speed pada kamera, baca artikel di atas.
Berikut contoh penerapannya..
Potraiture :
Kamu ingin memotret manusia (potraiture) dengan mengisolasi objek agar bagian background menjadi bokeh (blur), maka f-number yang digunakan adalah bukaan terbesar lensa, misalnya f/1.4.

Jika kondisi cahaya cukup, kamu bisa menekan ISO hingga ke ISO 100 atau ISO 50 (pada fullframe) agar foto yang dihasilkan tidak noise.
Perhatikan shutter speed..
Jika objek diam, usahakan kecepatan shutter tidak kurang dari 1/60s atau minimal 1/Focal Length dari focal length (zoom) yang kamu gunakan. Tujuannya agar foto tidak shake (goyang).
Misal kamu menggunakan lensa dengan focal length 85mm, maka shutter speed minimal yang harus kamu gunakan adalah 1/85s.
Sebagian fotografer bahkan menyarankan agar menggunakan shutter speed minimal 1/2 x Focal Length, berarti minimal 1/170s.
Jika kecepatan minimal tidak didapatkan karena kondisi cahaya yang kurang, maka langkah selanjutnya adalah menaikkan ISO. Misalnya dari ISO 100 ke ISO 400 dan seterusnya hingga mendapatkan kecepatan minimal tadi.
.. alasannya, daripada mendapatkan foto shake (goyang), lebih baik foto agak noise karena foto goyang tidak bisa dikoreksi dengan software editing foto sementara foto noise masih bisa dikoreksi bahkan oleh kamera sendiri tanpa bantuan software.
Contoh Pemotretan Landscape (Pemandangan)
Foto landscape idealnya adalah foto yang tajam secara keseluruhan (larger depth of field).

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, untuk mendapatkan foto yang tajam secara keseluruhan maka f-number yang digunakan adalah angka terbesar di lensa, biasanya f/22.
Semakin besar f-number, semakin kecil jendela terbuka sehingga cahaya yang masuk semakin minim. Hal ini akan mengakibatkan shutter speed yang dibutuhkan semakin lama.
Kalau shutter speed masih wajar (1/FL), kamera bisa dipegang secara handheld.
.. jika shutter speed sangat rendah, wajib gunakan tripod.
Pada pemotretan landscape, usahakan menggunakan ISO paling rendah misalnya ISO 100 atau ISO 50 karena foto landscape umumnya harus meminimalisir noise agar foto terlihat sangat tajam.
Dengan rendahnya ISO, lagi-lagi shutter speed akan semakin panjang. Alih-alih menaikkan ISO, fotografer landscape akan memilih menggunakan tripod sehingga shutter speed yang diperoleh semakin panjang dan hasil foto lebih dramatis.
.. misalnya air terjun yang terlihat lembut, pergerakan awan yang seperti slow motion.
Itulah mengapa fotografer landscape selalu membawa tripod kemanapun ia pergi.
Demikian artikel Memahami ISO, Aperture dan Shutter Speed [Segitiga Expsure].
Semoga bermanfaat..!
Keren artikel dan tutorialnya bang, mudah dipahami. Terus ditambah lagi tutorial2nya.
Saya baru pegang EOS 80 D, jadi artikelnya sangat membantu untuk yang baru pegang kamera seperti saya..
Sip bang makasi support nya..
Keren artikelnya
Belajar bnyk…dan mudah bgt di pahami untuk pemula seperti saya..terima kasih sdh memudahkan saya belajar
Sip mas..
keren artikelnya. sangat mudah dipahami untuk pemula
Ok sip..
mantap artikelnya bang, sangat informatif dan mudah untuk dipahami bagi pemula seperti saya. terimakasih
Oke bang sama-sama..
Terimakasih infonya.. Sangat membantu..
Sip…
Nemu jg penjelasan yg sangat detail dan mudah d pahami, untuk pemula seperti saya perlu penjelasan yg mudah d mengerti…
Thx sudah mau berbagi ilmu, semoga kedepan nya smakin baik 👍👍
Sip bang..
penjelasannya sangat bagus dan mudah dipahami, terima kasih
Singkat, padat jelas,, sangan informatif dan mudah diterima bagi pemula seperti sya,,
Mudah dimengerti. Mantap.
mudah di fahami…mantap
Aiihh akhirnya bisa lebih mengerti ttg si segitiga ini 😀
Sangat-sangat membantu karena bahasanya mudah dipahami…
Thank you so muchhh artikel nyaa..
Bahasanya mudah dimengerti, jadi betah bacanya untuk aku yg buta fotografi. Terima kasiih